Apa
faktor yang dapat membuat e-Learning sukses ?
sebuah
penyelidikan empiris adalah faktor yang penting
dalam
mempengaruhi kepuasan pembelajar e-learning
1 . Pengantar
E -Learning adalah pemakaian teknologi telekomunikasi untuk memberikan informasi pendidikan dan pelatihan. Upaya MIT untuk menawarkan pasar e-Learning memiliki tingkat pertumbuhan mencapai 35,6 % , namun terdapat juga beberapa kegagalan ( Arbaugh & Duray , 2002; . Wu et al ,2006) . Informasi tentang sistem penelitian, jelas menunjukkan bahwa kepuasan pengguna adalah salah satu faktor paling penting dalam menilai keberhasilan implementasi sistem ( Delon &Mclean , 1992).
E -Learning adalah pemakaian teknologi telekomunikasi untuk memberikan informasi pendidikan dan pelatihan. Upaya MIT untuk menawarkan pasar e-Learning memiliki tingkat pertumbuhan mencapai 35,6 % , namun terdapat juga beberapa kegagalan ( Arbaugh & Duray , 2002; . Wu et al ,2006) . Informasi tentang sistem penelitian, jelas menunjukkan bahwa kepuasan pengguna adalah salah satu faktor paling penting dalam menilai keberhasilan implementasi sistem ( Delon &Mclean , 1992).
2 . Sebelum
studi e -Learning
E -Learning pada dasarnya adalah sistem berbasis web yang memberikan informasi atau pengetahuan yang tersedia bagi pengguna atau peserta didik tanpa memiliki batasan waktu atau kedekatan geografis .
E -Learning pada dasarnya adalah sistem berbasis web yang memberikan informasi atau pengetahuan yang tersedia bagi pengguna atau peserta didik tanpa memiliki batasan waktu atau kedekatan geografis .
3. Variabel dan model penelitian
3.1. Dimensi pembelajar
Banyak penelitian membuktikan bahwa sikap pelajar terhadap komputer
atau TI merupakan faktor penting dalam rasa puas terhadap pembelajaran
e-learning ( Arbaugh , 2002; Arbaugh & Duray , 2002; Hong , 2002;. Piccoli
et al , 2001 ). Sebuah sikap positif terhadap TI , misalnya, ketika siswa tidak
takut mengalami kesulitan menggunakan komputer, akan memberikan hasil yang
memuaskan untuk peserta didik dalam mengoperasikan e -Learning ( Piccoli et al ,
2001). Oleh sebab itu, penelitian ini menganggap sikap peserta didik terhadap
komputer merupakan faktor penting dalam kepuasan belajar.Piccolietal(2001)
menyatakan bahwa kecemasan dalam
menggunakan komputer dapat mempengaruhi kepuasan dalam pembelajaran e-Learning.
Self efficacy adalah kecenderungan individu terhadap aspek fungsional
tertentu. Ini adalah efek dan kemungkinan yang dapat
membantu keberhasilan dalam mengerjakan tugas (Marakas, Yi,
&Johnson, 1998).
3.2. Dimensi instruktur
Ketika peserta didik menghadapi masalah dalam kursus online, tanggapan yang tepat dari instruktur dapat membantu peserta didik untuk melanjutkan pembelajaran mereka. Sook, Jung, dan Im(2000) menyatakan jika instruktur telah gagal menanggapi masalah siswanya maka dapat berdampak negatif pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, jika seorang instruktur mampu menangani kegiatan e-Learning dan kebutuhan siswa dengan segera, maka akan meningkatkan kepuasan dalam pembelajaran.
Ketika peserta didik menghadapi masalah dalam kursus online, tanggapan yang tepat dari instruktur dapat membantu peserta didik untuk melanjutkan pembelajaran mereka. Sook, Jung, dan Im(2000) menyatakan jika instruktur telah gagal menanggapi masalah siswanya maka dapat berdampak negatif pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, jika seorang instruktur mampu menangani kegiatan e-Learning dan kebutuhan siswa dengan segera, maka akan meningkatkan kepuasan dalam pembelajaran.
3.3 . Dimensi
kursus
E-Learning
memiliki fleksibilitas dalam memprogram waktu, lokasi , metode, partisipasi dan
kepuasan Peserta didik e-learning yang telah difasilitasi dengan baik ( Arbaugh
, 2002; Arbaugh , 2000; Berger , 1999; Leidner & Jarvenpaa , 1995). Selain
itu, menghilangkan hambatan pada fisik atau tanpa harus bertemu langsung,
memungkinkan interaksi yang lebih dinamis yang menumbuhkan pembentukan pembelajaran
dan kesempatan untuk pembelajaran yang kooperatif ( Brandon & Hollingshead
, 1999 konstruktif ; Salmon ,2000).
3.4. Dimensi teknologi
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa kualitas teknologi dan kualitas internet secara signifikan mempengaruhi rasa puas dalam mempelajari e-Learning (Piccoli et al, 2001; Webster & Hackley, 1997). Sebuah perangkat lunak dengan karakteristik user friendly,seperti belajar dan menghafal beberapa ide sederhana dan kata kunci yang memiliki makna, serta menuntut sedikit usaha dari perusahaan pengguna. Pengguna akan bersedia menerapkan alat tersebut dengan beberapa hambatan dan rasa puasyang akan ditingkatkan ( Amoroso & Cheney , 1991; Rivard , 1987). Oleh karena itu , semakin tinggi kualitas dan kehandalan dalam TI , semakin tinggi pula pembelajarannya ( Hiltz , 1993; Piccoli et al , 2001; . Webster & Hackley , 1997).
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa kualitas teknologi dan kualitas internet secara signifikan mempengaruhi rasa puas dalam mempelajari e-Learning (Piccoli et al, 2001; Webster & Hackley, 1997). Sebuah perangkat lunak dengan karakteristik user friendly,seperti belajar dan menghafal beberapa ide sederhana dan kata kunci yang memiliki makna, serta menuntut sedikit usaha dari perusahaan pengguna. Pengguna akan bersedia menerapkan alat tersebut dengan beberapa hambatan dan rasa puasyang akan ditingkatkan ( Amoroso & Cheney , 1991; Rivard , 1987). Oleh karena itu , semakin tinggi kualitas dan kehandalan dalam TI , semakin tinggi pula pembelajarannya ( Hiltz , 1993; Piccoli et al , 2001; . Webster & Hackley , 1997).
3.5 . Dimensi desain
Teknologi model penerimaan ( TAM ) berfokus pada memprediksi dan menilai kecenderungan pengguna untuk menerima teknologi. TAM mengidentifikasi manfaat yang dirasakan sebagai derajat peningkatan kerja setelah penerapan sistem. Kemudahan dalam penggunaan adalah persepsi pengguna tentang kemudahan menerapkan sistem. Kedua faktor mempengaruhi sikap pengguna
kepada perangkat lunak dan selanjutnya mempengaruhi keyakinan dan perilaku individu ketika menerapkan alat.
Teknologi model penerimaan ( TAM ) berfokus pada memprediksi dan menilai kecenderungan pengguna untuk menerima teknologi. TAM mengidentifikasi manfaat yang dirasakan sebagai derajat peningkatan kerja setelah penerapan sistem. Kemudahan dalam penggunaan adalah persepsi pengguna tentang kemudahan menerapkan sistem. Kedua faktor mempengaruhi sikap pengguna
kepada perangkat lunak dan selanjutnya mempengaruhi keyakinan dan perilaku individu ketika menerapkan alat.
3.6. Dimensi
lingkungan
Thurmond et al. (2002) menyatakan bahwa lingkungan variabel seperti keragaman dalam penilaian dan interaksi dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan dalam e-Learning. Penggunaan metode evaluasi yang berbeda dalam sistem e-Learning menyebabkan pengguna berpikir bahwa
interaksi antara pengguna dan instruktur, serta upaya belajar mereka dinilai benar.
Dalam lingkungan belajar virtual , interaksi antara peserta didik dan orang lain atau materi pelajaran dapat membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kemajuan. Berinteraksi elektronik dapat meningkatkan efek pada pembelajaran ( Piccoli et al . , 2001) .
Thurmond et al. (2002) menyatakan bahwa lingkungan variabel seperti keragaman dalam penilaian dan interaksi dengan orang lain sangat mempengaruhi kepuasan dalam e-Learning. Penggunaan metode evaluasi yang berbeda dalam sistem e-Learning menyebabkan pengguna berpikir bahwa
interaksi antara pengguna dan instruktur, serta upaya belajar mereka dinilai benar.
Dalam lingkungan belajar virtual , interaksi antara peserta didik dan orang lain atau materi pelajaran dapat membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kemajuan. Berinteraksi elektronik dapat meningkatkan efek pada pembelajaran ( Piccoli et al . , 2001) .
4 . Desain penelitian
4.1 . Pengembangan pengukuran dan uji coba
Kami melakukan serangkaian wawancara mendalam dengan berbagai peserta didik e-Learning yang berpengalaman untuk memeriksa validitas model penelitian kami. Setelah itu , kami mengembangkan hal - hal kuesioner berdasarkan literatur sebelumnya dan komentar yang dikumpulkan dari wawancara. Kuesioner direvisi dibantu oleh para pakar (termasuk akademisi dan praktisi) dengan pengalaman yang signifikan dalam e-Learning .
4.1 . Pengembangan pengukuran dan uji coba
Kami melakukan serangkaian wawancara mendalam dengan berbagai peserta didik e-Learning yang berpengalaman untuk memeriksa validitas model penelitian kami. Setelah itu , kami mengembangkan hal - hal kuesioner berdasarkan literatur sebelumnya dan komentar yang dikumpulkan dari wawancara. Kuesioner direvisi dibantu oleh para pakar (termasuk akademisi dan praktisi) dengan pengalaman yang signifikan dalam e-Learning .
4.2 . Subyek dan prosedur
Sukarelawan E - Learner terdaftar di 16 titik berbeda pada program e-Learning di dua universitas negeri di Taiwan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Sebanyak 645 survei didistribusikan melalui email . Awal dan tindak lanjut surat yang menghasilkan 295 tanggapan yang dapat digunakan, sehingga tingkat tanggapan mencapai 45,7 % . Tingkat tanggapan yang tidak diminta kuesioner menyarankan bahwa responden menemukan topik yang menarik dan relevan .
Sukarelawan E - Learner terdaftar di 16 titik berbeda pada program e-Learning di dua universitas negeri di Taiwan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Sebanyak 645 survei didistribusikan melalui email . Awal dan tindak lanjut surat yang menghasilkan 295 tanggapan yang dapat digunakan, sehingga tingkat tanggapan mencapai 45,7 % . Tingkat tanggapan yang tidak diminta kuesioner menyarankan bahwa responden menemukan topik yang menarik dan relevan .
5.Analisis
data
SPSS digunakan untuk menganalisis data untuk penelitian ini. Tahapan analisis regresi digunakan untuk membuktikan pentingnya penggunaan variabel. Untuk menghindari hal - hal yang melanggar dasar metode kuadrat terkecil yang digunakan oleh model regresi linier klasik, dilakukan plot P-P untuk menilai asumsi normalitas, plot menunjukkan bahwa kuantil yang turun bersamaan hampir pada garis lurus. Oleh karena itu, masuk akal jika menyimpulkan data yang digunakan dalam
penelitian mendekati normal.
SPSS digunakan untuk menganalisis data untuk penelitian ini. Tahapan analisis regresi digunakan untuk membuktikan pentingnya penggunaan variabel. Untuk menghindari hal - hal yang melanggar dasar metode kuadrat terkecil yang digunakan oleh model regresi linier klasik, dilakukan plot P-P untuk menilai asumsi normalitas, plot menunjukkan bahwa kuantil yang turun bersamaan hampir pada garis lurus. Oleh karena itu, masuk akal jika menyimpulkan data yang digunakan dalam
penelitian mendekati normal.
6 . Diskusi
Dari analisis regresi ganda yang bertahap , tujuh variabel yang terbukti memiliki hubungan penting dengan kepuasan e - Learner ,yaitu kecemasan komputer pada pelajar, sikap instruktur terhadap e-Learning , e – Learning yang memilikifleksibilitas pada kursus, kualitas kursus , manfaat yang dirasakan, dirasakan kemudahan penggunaan , dan keragaman dalam penilaian . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,1 % ( R2 = 66,1 disesuaikan % , F - value = 82,96 , p < .001 )dari yang dirasakan e-Learner, varians kepuasan dapat dijelaskan olehtujuh variabel penting. Kekuatan model menunjukkanada tingkat yang wajar keterwakilan dalam variabel prediktor yang dipilih . Secara simbolis , prediksi formula model tersebut dapat disajikan sebagai berikut :
ES = (CA)w1 + (IA)w2 + (CF)w3 + (CQ)w4 + (U)w5 + (EOU)w6 + (DA)w7
Dari analisis regresi ganda yang bertahap , tujuh variabel yang terbukti memiliki hubungan penting dengan kepuasan e - Learner ,yaitu kecemasan komputer pada pelajar, sikap instruktur terhadap e-Learning , e – Learning yang memilikifleksibilitas pada kursus, kualitas kursus , manfaat yang dirasakan, dirasakan kemudahan penggunaan , dan keragaman dalam penilaian . Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,1 % ( R2 = 66,1 disesuaikan % , F - value = 82,96 , p < .001 )dari yang dirasakan e-Learner, varians kepuasan dapat dijelaskan olehtujuh variabel penting. Kekuatan model menunjukkanada tingkat yang wajar keterwakilan dalam variabel prediktor yang dipilih . Secara simbolis , prediksi formula model tersebut dapat disajikan sebagai berikut :
ES = (CA)w1 + (IA)w2 + (CF)w3 + (CQ)w4 + (U)w5 + (EOU)w6 + (DA)w7
Dalam rumus , ES adalah kepuasan
e - Learner , CA adalah kecemasan komputer pelajar , IA adalah sikap instruktur.CF adalah
fleksibilitas program e-Learning, CQ adalah kualitas kursus, U adalah
dirasakankegunaan, EOU adalah persepsi kemudahan penggunaan, DA adalah
keragaman dalam penilaian, dan w1, w2, w3, w4, w5, w6, dan w7 secara empiris
ditentukan bobot.
7. Kesimpulan
Online
e-Learning adalah sebuah alternatif untuk pendidikan tatap muka tradisional. Rasa
puas yang awalnya dirasakan oleh siswa terhadap teknologi berbasis e-Learning akan
menentukan apakah mereka akan menggunakan sistem tersebut terus-menerus.
Penelitian ini mengidentifikasi
faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi kepuasan pembelajar
e-learning. Sebuah model terpadu dikembangkan dari studi sebelumnya yang
terdiri dari tiga belas faktor dalam enam dimensi disajikan untuk memandu
penelitian. Dengan tingkat respon 45,7 % , total 295 kuesioner yang valid
dikumpulkan. Hasil penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor penting yang
mempengaruhi kepuasan peserta didik dirasakan. Meskipun penelitian ini merupakan
upaya untuk memasukkan unsur-unsur dari e-Learning , tetapi penelitian ini juga
memiliki batasan - batasan tertentu.
Hubungan antara
frekuensi facebook yang digunakan, partisipasi dalam facebook, dan keterlibatan pelajar
1. Pengantar
1.1
Jumlahmahasiswa yang menggunakan facebook
Media
sosial yang populer bagi mahasiswa adalah facebook, dan penelitian menunjukan
bahwa sekitar 85 sampai 99% mahasiswa menggunakan facebook (Hargittai, 2008a;
Jones & Fox, 2009; Matney & Borland, 2009). Data yang paling baru yang dimiliki Pusat
Untuk Penelitian Aplikasi EDUCAUSE (ECAR) dari 36.950 sampel mahasiswa dari 126
perguruan tinggi Amerika Serikat dan 1 perguruan tinggi di kanada, menunjukan
bahwa dari 90% mahasiswa yang menggunakan jejaring sosial, namun ada 97% yang
menyatakan menggunakan facebook dan secara aktif terlibat dalam situs harian.
1.2
Keterlibatan mahasiswa
Pada tahun
1984, Alexander Astin mengusulkan teori perkembangan tentang keterlibatan
mahasiswa, yaitu "Jumlah
energi fisik dan psikologis yang digunakan pelajar untuk
pengalaman akademis".
Teori tentang keterlibatan mahasiswa, didasarkan
lima prinsip, yaitu :
1) Keterlibatan
mengacu pada investasi energi fisik dan psikologis.
2) Beberapa siswa lebih terlibat daripada siswa yang lain dan masing-masing
siswa terlibat dalam kegiatan yang berbeda
pada tingkat yang berbeda.
3) Keterlibatan yang memiliki dua ciri, yaitu
kualitatif dan kuantitatif.
4) Jumlah siswa yang belajar dan pengembangan yang
terkait dengan program pendidikan yang secara
langsung
berkaitan dengan kualitas dan kuantitas pada keterlibatan siswa dalam program tersebut.
5) Efektivitas setiap praktek pendidikan secara langsung berkaitan dengan
kemampuan praktek yang
dapat menambah keterlibatan pelajar.
Saat ini, keterlibatan mahasiswa diartikan sebagai waktu dan usaha yang diinvestasikan
mahasiswa dalam kegiatan pendidikan yang secara empiris terkait dengan hasil kuliah
yang di targetkan (Kuh, 2009). Keterlibatan mencakupberbagai faktor,
termasuk investasi dalam pengalaman akademik diperguruan
tinggi,interaksi dengan fakultas, keterlibatan dalam kegiatan ko-kurikuler,
dan interaksi dengan teman sebaya (Kuh, 2009;Pascarella&Terenzini, 2005).
1.3 Keterlibatan
mahasiswa dan facebook
Terdapat dua alasan
umum jika ingin menguji hubungan antara keterlibatan mahasiswa dengan facebook,
yaitu rating mahasiswa yang tinggi dalam penggunaan facebook dan maksud dari
facebook yang melibatkan platform lebih jauh untuk mengukur keberhasilannya
dalam hal melibatkan pengguna facebook. Lebih khususnya lagi, kita dapat
mengetahui 5 prinsip mahasiswa
yang menggunakan dan
terlibat dengan facebook, yaitu :
1 ) Mahasiswa
menginvestasikan psikologis dalam menggunakan facebook, sebagaimana dibuktikan oleh statistik penggunaan.
2 ) Beberapa mahasiswa lebih terlibat di facebook daripada yang lain, sementara yang lain tidak menggunakan media sosial sama sekali.
3 ) Mahasiswa dapat menghabiskan banyakwaktu dengan menggunakan Facebook ( fitur kuantitatif )dan terlibat dalam
berbagai kegiatan pada platform ( fitur kualitatif )
4 ) Jumlah mahasiswa yang belajar dan pengembangan yang terkait dengan program pendidikan secara langsung berkaitan dengan kualitas
dan kuantitasyang melibatkan siswa dalam program itu.
2 ) Beberapa mahasiswa lebih terlibat di facebook daripada yang lain, sementara yang lain tidak menggunakan media sosial sama sekali.
3 ) Mahasiswa dapat menghabiskan banyakwaktu dengan menggunakan Facebook
4 ) Jumlah mahasiswa yang belajar dan pengembangan yang terkait dengan program pendidikan
5 ) Jika
Facebook memang meningkatkan keterlibatan , memungkinkan bagi Facebook untuk digunakan dalam cara mendidik yang relevan
untuk meningkatkan hasil akademik mahasiswa.
1.4 Tujuan penelitian dan pertanyaan penelitian
Sampai saat ini, penelitian yang menunjukan efek pada facebook yang
melibatkan pelajar telah dibatasi dengan ukuran waktu yang dihabiskan dalam
menggunakan Facebook dan sejauh mana mereka terlibat. Keterbatasan lainnya adalah
bahwa penelitian sebelumnya hanya berfokus kepada frekuensi penggunaan Facebook
dan tidak diteliti apa yang sedang dilakukan pelajar di facebook.
Tidak ada penelitian yang mengukur hubungan antara jenis kegiatan
facebook dan hasil akademis seperti melibatkan mahasiswa. Meski begitu, wilayah
lain dari penelitian internet telah berkembang dalam arah ini. Penelitian di
kawasan psikologis menunjukkan bahwa, kesejahteraan selain frekuensi penggunaan
internet, kegiatan online yang penting dalam memprediksi kesejahteraan
psikologis ( cotten, 2008; gordon, juang, & amp; syed, 2007; morgan &
amp; cotten, 2003 ).
Pertanyaan penelitian yang diuji:
Pertanyaan 1a: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan
facebook dan keterlibatan mahasiswa ?
Pertanyaan 1b: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan
facebook dan keterlibatan mahasiswa ?
Pertanyaan 2a: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan
facebook dan waktu yang digunakan
mahasiswa dalam mempersiapkan pelajaran untuk di kelas?
Pertanyaan 2b: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan
facebook dan waktu yang digunakan mahasiswa dalam
mempersiapkan pelajaran untuk di kelas?
Pertanyaan 3a: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan
facebook dan waktu yang digunakan dalam aktivitas ekstrakulikuler?
Pertanyaan 3b: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan
facebook dan waktu yang digunakan
dalam aktivitas ekstrakulikuler ?
2.Metode
2.1 Peserta
Semua mahasiswa, pada lembaga pendidikan menengah, 4 tahun, umum,
penghunian di timur laut yang disurvei. Selama semester musim gugur 2010, siswa
dihubungi melalui account email di kampus mereka dan mengirim link ke survei
host di SurveyMonkey.com, sebuah survey-hosting komersial situs. Pengingat dua
tambahan dikirim, setiap satu minggu terpisah.
2.2 instrumen dan langkah-langkah
Survei Nasional yang melibatkan mahasiswa (NSSE) adalah sebuah instrumen
yang dikembangkan untuk mengukur keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan relevan
dalam pendidikan, dan hasil yang diinginkan dari perguruan tinggi ( kuh, 2009;
pascarella & amp; terenzini, 2005 ).Yang dapat diterima NSSE, menunjukkan
sifat psychometric ( kuh, 2002 ), dan mereka yang fokus pada pendidikan sarjana
praktik baik secara konsisten memprediksi pembangunan selama tahun pertama
kuliah berdasarkan beberapa tujuan mengukur ( pascarella, seifert, & amp;
blaich, 2009 ). Untuk menyediakan beberapa langkah-langkah untuk mengecek
akurasi laporan, mahasiswa diminta untuk memperkirakan waktu yang dihabiskan
mereka dalam menggunakan facebook ( fbtime ) serta seberapa sering mereka
memeriksa facebook ( fbcheck ).
2.3
Keterlibatan alat yang bisa diandalkan dan validitas
Bukti yang dikumpulkan untuk mendukung validitas dalam membangun 19 hal
dengan melibatkan korelasi total penilaian dalam skala jumlah menit siswa yang
melaporkan menghabiskan kegiatan ekstra kurikuler dalam seminggu. Karena, secara
teoritis, siswa yang lebih terlibat secara umum menghabiskan lebih banyak waktu
berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler, salah satu cara untuk
menunjukkan bukti validitas instrumen pada keterlibatan mahasiswa akan dinilai
jika pada instrumen keterlibatan mahasiswa berkorelasi (yaitu, berbagi beberapa
varians) dengan jumlah waktu yang dihabiskan mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
2.4 Analisa Data
Data yang di unduh secara langsung dari SurveyMonkey sebagai file SPSS,
disaring untuk anomali, dan dianalisis menggunakan PASW (sebelumnya SPSS)
Statistik 18,0. Statistik deskriptif dilakukan untuk menggambarkan
karakteristik demografis sampel juga menggunakan Facebook. Korelasi diperiksa
untuk mengevaluasi hubungan antara langkah-langkah frekuensi penggunaan
Facebook. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, enam analisis regresi linear
hirarkis (diblokir) dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tiga
variabel penentu: skala penilaian dalam keterlibatan, waktu yang dihabiskan
untuk mempersiapkan kelas dan waktu yang dihabiskan dalam kegiatan ekstra
kurikuler. Regresi linear hirarkis
digunakan peneliti untuk memilih jumlah dan urutan prediksi yang dimasukkan ke
dalam suatu sampel, serta mengelompokan berdasarkan teori yang dibangun.
3. Hasil
3.1 Penggambaran Statistik
64% dari mereka yang terdapat dalam survei adalah perempuan dan 36% laki
– laki. Rata-rata usia sampel mencapai 22 dengan standar deviasi dari 6. Usia
peserta berkisar antara 17 hingga 61 tahun, meskipun lebih dari 78 % memiliki
usia antara 18 hingga 22 tahun. Tiga puluh satu persen dari mahasiswa di sampel
tersebut pada tahun pertama mereka, yaitu 22 % mahasiswa tingkat dua, 20 %
junior, dan 27 % senior. Tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai oleh kedua
orang tua mereka sebagai berikut: 28 % tamat sekolah tinggi derajat atau kurang,
24 % beberapa baru selesai dari perguruan tinggi, 34 % lulusan perguruan tinggi,
dan 14 % telah memiliki gelar. Dalam hal ras dan etnis, sampel kaukasia mencapai
kesepakatan dengan 89 % dari siswa itu terdaftar sebagai ras mereka.
3.2 Penggunaan facebook
Berikut adalah sampel mahasiswa yang menghabiskan sebagian besar waktu
di facebook.
1. Mahasiswa rata - rata menghabiskan 100 menit berada dalam situs facebook
dala sehari.
2. Mahasiswa rata-rata menghabiskan 74 menit dalam situs facebook
sehari sebelumnya.
3. Mahasiswa memeriksa facebooknya 5 kali dalam sehari.
4. Mahasiswa memeriksa facebooknya 4 kali dalam sehari.
4. Diskusi
4.1 Pertanyaan penelitian
Pertanyaan 1a: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan facebook dan keterlibatan mahasiswa
?
Pertanyaan 1b: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan
Facebook dan keterlibatan
mahasiswa?
Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah ya, karena waktu penggunaan
facebook dan pengecekan facebook, keduanya dapat memberikan nilai yang negatif.
Selanjutnya, frekuensi bermain game dan memeriksa permintaan pertemanan juga
dinilai melibatkan skala masukan yang negatif, sedangkan untuk mengomentari
topik dan membuat suatu acara dapat melibatkan penilaian yang positif.
Pertanyaan 2a: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan Facebook
dan waktu yang digunakan
mahasiswa dalam mempersiapkan pelajaran untuk di kelas?
Pertanyaan 2b: Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan Facebook
dan waktu yang
digunakan
mahasiswa dalam mempersiapkan untuk di kelas?
Tidak ada hubungan antara frekuensi penggunaan Facebook dan waktu yang
digunakan untuk mempersiapkan kelas. Namun, ada hubungan negatif yang
signifikan antara mahasiswa yang terlibat dalam obrolan facebook dan waktu yang
digunakan untuk pelajaran di kelas. Sebuah penelitian oleh Junco dan Ultraman
pada tahun 2010 menemukan bahwa mahasiswa yang menghabiskan lebih banyak waktu
chatting online dilaporkan mengalami gangguan akademik.
Pertanyaan 3a : Apakah ada hubungan antara frekuensi dari penggunaan
facebook dan waktu yang digunakan
dalam kegiatan ekstrakulikuler?
Pertanyaan 3b : Apakah ada hubungan antara frekuensi dari kegiatan
facebook dan waktu yang
digunakan
dalam kegiatan ekstrakulikuler ?
Jawaban dari kedua pertanyaan itu adalah iya, waktu penggunaan facebook
berkaitan dengan waktu
yang digunakan dalam kegiatan ekstrakulikuler,
tidak seperti hubungan antara waktu penggunaan facebook dengan keterlibatan
dalam skala penilaian. Namun, pengecekan facebook tidak berkaitan dengan waktu
yang digunakan dalam kegiatan ekstrakulikuler.
4.2 Pembahasan secara umum
Sementara peneliti lain (Heiberger & amp; Harper, 2008; HERI, 2007)
telah menemukan bahwa menggunakan Facebook positif terkait dengan keterlibatan,
hasil dari studi ini menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan di Facebook adalah
keduanya positif dan negatif yang berkaitan dengan keterlibatan dan bahwa
kegiatan Facebook khususnya terkait dengan keterlibatan. Hal ini selaras dengan
penelitian umum penggunaan Internet yang menunjukkan bahwa aktivitas online
sebagai lebih penting daripada waktu yang dihabiskan ketika menargetkan hasil
(Ultraman, 2008; Ellison et al., 2011; Gordon et al., 2007; Junco, Heiberger et
al., 2010; Morgan & amp; Ultraman, 2003).
4.3 Keterbatasan
Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah bahwa penampang dan
korelasi yang alami, dan karena itu tidak mungkin untuk mengetahui mekanisme
kausal antara menggunakan Facebook dan keterlibatan mahasiswa. Sementara data
menunjukkan bahwa keterlibatan mahasiswa dan penggunaan Facebook terkait, arah
efek sulit untuk ditentukan. Sebagai contoh, mahasiswa yang menghabiskan lebih
banyak waktu untuk mengomentari di facebook juga memiliki nilai yang tinggi
pada skala keterlibatan. Namun, kemungkinan mahasiswa yang lebih terlibat untuk
memulai dengan menghabiskan lebih banyak waktu mengomentari di Facebook.
5. Kesimpulan
Waktu yang digunakan pada Facebook dan waktu yang digunakan dengan keterlibatan
dalam kegiatan dapat diprediksi bernilai positif, negatif atau bernilai positif dan negatif,
pada facebook tertentu tergantung pada hasil variabel. Misalnya, waktu yang dihabiskan
di Facebook prediksi
bernilai positif jika berhubungan dengan kegiatan ekstra kurikuler
sementara bermain game difacebook dapat bernilai negatif. Hasil ini selaras
dengan orang lain yang telah menemukan bahwa menggunakan Internet (Ultraman,
2008; Gordon et al., 2007; Morgan & amp; Ultraman, 2003) dan Facebook
(Ellison et al., 2011) dengan cara tertentu yang mengarah ke hasil yang lebih
baik psikososial, dan bahwa menggunakan Twitter (Junco, Heiberger et al., 2010)
dengan cara tertentu mengarah ke hasil akademis yang lebih baik. Oleh karena
itu, penggunaan Facebook dengan sendirinya tidak merugikan hasil akademis, dan
memang dapat digunakan dengan jalan yang dapat menguntungkan bagi mahasiswa.
Penggunaan laptop di
kelas dan dampaknya bagi proses belajar mahasiswa
1. Metode
1.1 Peserta
137 mahasiswa yang
terdiri dari dua kelompok psikologi umum yang diajarkan oleh para
instruktur yang sama, berpartisipasi dalam sebuah penelitian. Semua mahasiswa
yang menyelesaikan kursus (yaitu, mengambil semua ujian) dimasukkan sebagai
peserta. Peserta tersebut terdiri 83 mahasiswa, mahasiswi 41, 9 junior dan
senior 4.
1.2 Bahan
dan prosedur
1.2.1
Struktur kursus dan penilaian
Kelas ini
dilakukan dengan cara yang sangat konvensional. Teks yang diperlukan adalah
teks standar psikologi Umum (Coon, 2004). Perkuliahan mencakup banyak materi
yang disajikan dalam teks, dengan penambahan beberapa informasi baru. Sekitar
70% dari waktu kelas dikhususkan untuk kuliah. Sesekali video, demonstrasi di kelas
dan diskusi yang menyita sekitar 25% waktu di kelas, yang dilengkapi dengan kuliah. Pembelajaran mahasiswa diukur oleh kinerja
pada ujian objektif dan penyelesaian pada tugas pekerjaan rumah. Selama kursus,
ada 4 ujian dan 10 tugas pekerjaan rumah. 89% berasal dari ujian pilihan ganda.
1.2.2
Langkah – langkah dan survei untuk prosedur
Mahasiswa
masuk ke situs Web kursus dan menyelesaikan survei mingguan tentang berbagai
aspek kelas. Sepuluh survei mingguan, meliputi sesi dua puluh kelas, berfokus
pada kehadiran kelas, pengalaman di kelas, dan penggunaan laptop. Sesi 20 kelas
ini adalah sesi kuliah (sebagai lawan dari sesi kelas lain dimana waktu kelas ditujukan
terutama untuk ujian, film, diskusi, atau kegiatan di kelas). Survei mingguan
yang digunakan untuk meningkatkan ketepatan tanggapan, survei yang mencakup
periode yang lebih lama akan menjadi lebih rentan terhadap penyimpangan memori
dan kontaminasi serta lebih sering menjadi lebih rentan terhadap bias yang
mengatur respon.
2. Hasil
2.1 Tingkat
respon
Hanya mahasiswa
yang menjawab minimal 7 dari 10 survei mingguan yang dimasukan dalam analisis. 9
mahasiswa dari 137 kelompok yang gagal meyelesaikan survei, harus meninggalkan
93,4% respon lainnya.
2.2 Level
dari penggunaan laptop
Total 64,3%
peserta yang dilaporkan menggunakan laptop mereka dalam periode kelas setidaknya
dalam satu kelas. Pengguna melaporkan
bahwa mereka multitasked (melakukan hal-hal lain selain mencatat catatan
kuliah) untuk rata-rata 17 menit dari 75 menit dalam periode kelas.
2.3 Dampak
dari penggunaan laptop pada pembelajaran
Beberapa analisis dilakukan untuk menilai dampak penggunaan
laptop pada pembelajaran mahasiswa. Tingkat penggunaan laptop di dalam kelas
tidak berdampak pada berapa banyak perhatian mahasiswa untuk membayar uang
kuliah. Ada hal yang tidak berkesinambungan antara tingkat penggunaan laptop
dengan seberapa baik mereka memahami materi kursus.
3.Diskusi
Penelitian ini menimbulkan keprihatinan tentang penggunaan
laptop di dalam kelas. Siswa mengaku menghabiskan waktu yang cukup lama dalam menggunakan
laptop mereka dan melakukan hal lain selain mencatat materi kuliah. Lebih
parahnya lagi, penggunaan laptop tidak berhubungan dengan beberapa
langkah-langkah pembelajaran. Pola korelasi menunjukkan bahwa penggunaan laptop
dapat mengganggu mahasiswa memahami materi kuliah, dan pada akhirnya
mengakibatkan nilai tes yang rendah. Hasil analisis regresi dengan jelas
menunjukkan bahwa sukses di kelas tidak berkaitan dengan tingkat penggunaan
laptop.